Minggu, 29 September 2013

Segudang Kenangan di dalam Toples


Judul                    : Teheran dalam Toples, Karena Aku Berjanji Akan Kembali
Penulis                 : Aminatul Faizah
Penerbit               : Diva Press
Terbit                  : September 2012
Tebal                   : 487 halaman
Resentator           : Amelia Putri

                Pernahkah kalian mengalami masa kanak-kanak yang begitu berkesan? Bersahabat dengan orang-orang tanpa memandang status?  Mengalami cinta pertama atau hanya sekedar cinta monyet? Setiap orang tentu punya cerita dan pengalaman hidup masing-masing.  Begitupun yang dialami tokoh utama kita dalam novel ini, Leila Ihmi Yusef. Semua kenangan masa kanak-kanaknya Ia simpan rapi di dalam toples berharganya.
 Berawal dari kepindahan keluarga Bapak Yusef ke Teheran, Iran. Leila sebagai seorang anak yang belum mengecap bangku sekolahan tentu merasa kesepian di awal kepindahannya, selain karena tempat dan suasana yang baru juga karena ras mereka yang berbeda dibanding masyarakat umumnya. Suasana Iran yang sedang dicekam isu politik membuat Hamidah, Ibu dari Leila merasa cemas untuk beraktifitas di luar rumah.
Suatu hari datanglah seorang tetangga yang berkunjung guna silaturrahim dengan tetangga baru. Penampilannya yang kurang terawat dengan membawa seorang anak lelaki yang usianya tidak terpaut jauh dengan Leila membuat Hamidah tergerak hatinya untuk memperkerjakannya. Seorang pembantu baru yang kemudian tinggal bersama keluarga Bapak Yusef, dengan anak lelaki traumatis yang pendiam adalah obat kesepian yang dirasakan Leila.
Ali, begitu nama anak lelaki itu. Ia tak pernah sekalipun mengeluarkan suara, seperti boneka besar bagi Leila. Kemanapun Leila pergi, Ali selalu ikut dan dimana ada Leila disitupun ada Ali. Dari sanalah tumbuh benih-benih cinta masa kecil. Ali yang tampan, selalu setia menemani Leila dan selalu membalas pertanyaan Leila dalam hati kecilnya. Ali kecil bercita-cita menjadi seorang dokter, berbekal buku yang Ia baca di ruang baca keluarga Leila. Ibu Hamidah tak mempedulikan status pembantunya, bahkan Ibu Ali sudah Ia anggap sebagai adik sendiri dan Ali sudah Hamidah anggap seperti anak layaknya Leila dan adiknya, Gazali.
Begitupun dengan Leila, Ia mau berteman dengan siapa saja. Termasuk seorang gadis kecil yang ia temui di sekolah, Khafsah begitu akrabnya Ia dipanggil adalah seorang yang tinggal di daerah kumuh dan sehari-hari berjualan kue keliling. Persahabatan itu mulai terbina, dengan tambahan anggota tiga orang dari klan Khan (kasta orang terpandang di Iran). Ada Fariz, Ma’arif dan Djalaludin adalah tiga orang sepupu yang bertetangga dengan Leila. Awalnya mereka bertiga menjahati Ali, namun karena keberanian Leila kecil mereka pun menjadi akrab dan tidak menjahati Ali lagi. Lika-liku persahabatan yang begitu berkesan bagi Leila di bawah naungan langit Persia membuatnya selalu mengumpulkan mozaik kenangan itu dalam sebuah toples yang selalu dijaganya.
Tiba saatnya Leila harus pulang ke kampung halaman Ibunya di Indonesia. Sebuah negara yang cukup jauh jaraknya dari Teheran, membuat Leila kembali merasa sepi dari teman-teman kecilnya. Di Indonesia, kisah cinta yang tak pernah dibina kembali kandas sebelum dimulai. Leila adalah seorang gadis yang sempurna di mata siapapun. Seperti halnya pandangan Khasan, tetangga Leila yang sempat menaruh hati pada Leila. Memiliki ayah yang penyayang, Ibu yang pengertian dan adik yang menggemaskan. Belum prestasinya di sekolah dan hidup dalam kecukupan materi serta kedermawanan orang tuanya membuat ia begitu disegani di lingkungannya.
Disajikan dalam bahasa yang renyah, membuat pembaca merasa nyaman membacanya meski halamannya tebal dan dibaca terpotong-potong. Dengan alur maju-mundur membuat pembaca penasaran dengan apa yang akan terjadi pada tokoh utama. Penamaan yang simple membuat pembaca mudah mengingat tokoh-tokoh dalam cerita.
Novel ini mengajak kita berkeliling dari Indonesia, Teheran sampai Perancis. Membuat pembaca serasa berada di tempat yang disajikan dalam novel. Tokoh utama yang menginspirasi pembaca adalah satu daya tarik sendiri dari novel ini. Setelah meraih impian menjadi fotografer dan kuliah di Perancis, Leila merasa bahwa selalu ada ruang kosong di hatinya. Dengan ide yang Ia tuangkan di majalah tempatnya bekerja, membawa Leila kembali menapaki tanah Persia. Kembali mengingat bahwa toples yang berisikan segala hal tentang Teheran dibutuhkannya lagi. Mengisi kembali ruang kosong yang sempat berdebu karena terlupakan begitu saja.

Bertemu dengan lima orang sahabat yang Ia rindukan adalah tujuan pentingnya selain menyelesaikan pekerjaan. Dengan jalan cerita yang tiba-tiba mengejutkan membuat pembaca merasa ketinggalan cerita. Begitulah, cerita yang berakhir dengan kesepian tiada ujung bagi tokoh utama sepertinya membuat kesan gantung di ending cerita. Sebuah cerita yang hidup karena memang jalan seseorang untuk menemukan jodoh tentu mempunyai akhir masing-masing, baik bertemu di dunia maupun di surga nantinya.

0 komentar:

Posting Komentar