Tak
jauh beda dengan dendam, budaya enggan memaafkan merupakan suatu penyakit hati
yang akan mengikis keimanan kita. Kenapa begitu? Karena sikap enggan memaafkan
berasal dari sifat arogansi yang menganggap bahwa kesalahan seseorang harus
berdampak buruk pada citra orang tersebut.
Padahal
Allah tidak pernah lengah dan tidak pernah tutup mata atas kesalahan hambaNya.
Allah mengetahui lahir dan bathinnya seorang hamba, dengan memaafkan orang
itupun Allah sudah tahu kesalahannya. Perbedaan minta maaf kepada manusia dan
Tuhan ada pada cara kita, tentu lebih mengagungkan bertobat pada Allah. Jika
bersalah pada manusia maka mintalah maaf kepada manusia, jika bersalah pada
Allah mohonlah ampunanNya.
Bukankah
setelah berdoa dan menangis di hadapanNya membuat hati kita menjadi lega, itu
jelas bermakna bahwa ampunan Allah dapat berupa tenteramnya hati. Allah saja
mengampuni hambaNya yang bertobat, kenapa kita sebagai manusia begitu sombong
untuk memaafkan satu sama lain?
Padahal
Allah telah berfirman untuk masalah maaf memaafkan ini, yang berbunyi: “Balaslah
keburukan itu dengan yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang tadinya antara
kamu dan dia ada permusukan, menjadi seolah-olah seperti teman yang dekat.”
(QS. Fushilat: 34)
Terang-terangan
Allah menyuruh kita untuk membalas keburukan itu dengan kebaikan. Lalu bagaimana
dengan Qisas? sedikit perbedaannya orang yang diqisas yakni mendapat balasan
yang setimpal dengan yang ia lakukan. Seperti pencuri, akan dipotong tangannya
karena yang menyebabkan ia dihukum adalah perbuatan tangannya.
Namun
jika mengakibatkan sakitnya hati, tentu tidak berlaku hukum qisas. Sama
tidaknya pembalasan dendam seseorang untuk melukai hati, tidak akan pernah sama
karena kepekaan hati masing-masing orang berbeda. Kembali lagi pada masalah
maaf memaafkan, meminta maaf bukan selalu berarti ada harus ada pihak yang salah
dan ada pihak yang benar. Permintaan maaf bisa berarti nilai dari sebuah
hubungan lebih berharga daripada sebuah ego.
Masihkah
enggan memaafkan? Cobalah berpikir jernih, apa untungnya buat kita jika tidak
memaafkan orang yang membuat hati kita terluka. Bukankah semua itu terjadi
berawal dari sikap kita juga, atau berusaha untuk menurunkan sedikit arogansi
merupakan proses yang perlu dilatih, mulai lagi introspeksi diri.
Jika
orang lain sudah meminta maaf dengan penuh penyesalan, ajaran Islam mewajibkan
kita untuk memberi maaf penuh keikhlasan. Percayalah, selama kita melakukan yang
terbaik bagi orang lain, Allah juga akan memberikan yang terbaik pada diri
kita. Penting mana menang dihadapan manusia atau menang dihadapan Allah karena
sikap sabar kita? Tanya pada diri masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar