Kamis, 27 Maret 2014

Antimun Bungkuak Bukan Sekedar Ungkapan

Antimun sejenis sayuran yang dalam bahasa Indonesia disebut  mentimun. Tak ada kaitan dengan mentimun sebenarnya, namun hanya sebuah perumpamaan. Sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa keberadaan seseorang di dalam suatu komunitas tak berpengaruh. Ada atau tidaknya kehadiran seseorang tersebut hanya sebagai pelengkap, tak dianggap mungkin lebih tepat. Apakah memang benar begitu adanya? Dalam sebuah hadist telah tercantum jelas bahwa “setiap manusia adalah pemimpin…”. Berarti ungkapan “antimun bungkuak” dalam bahasa minang ini jelas salah.
Melihat dan berpedoman kepada  hadist tadi, setiap manusia berarti harus dianggap dong! Karena setiap pemimpin pasti berpengaruh. Sebuah judge seseorang kepada seorang yang lain pasti ada pengaruhnya. Ketika seseorang men-judge orang lain dengan kalimat merendahkan, orang tersebut paling tidak merasa risih. Tergantung pribadi masing-masing sebenarnya, mau menanggapi dengan ekspresi bagaimanapun tetap saja lisan yang kurang baik akan merusak hubungan baik.
Apabila kamu berada dalam situasi seperti itu apa yang akan kamu lakukan? Pertanyaan tersebut muncul ketika dibutuhkannya sebuah solusi. Nah, untuk menemukan solusinya kita perlu menjabarkan situasi dan kondisi seperti apa yang menunjukkan orang tersebut dianggap sebagai “antimun bungkuak”. Sebuah contoh, misalnya ketika seseorang berbicara di dalam suatu forum dan tidak ada yang memperhatikan. Contoh lain, ketika memberi masukan atau pendapat, masukannya dibantah dan tidak diterima secara terang-terangan. Banyak hal dalam suatu forum yang membuat orang-orang merasa rendah diri, ketika dibully, ketika dianggap lemot atau dicemooh di depan umum. Efeknya tidak spontan terlihat memang, namun jika sering dilakukan hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan diri korban bully untuk tampil di depan umum.
Banyak yang bilang, bully-membully sudah membudaya dan susah untuk dihilangkan. Namun apakah budaya yang kurang baik tersebut akan terus tumbuh dan mengakar di dalam kehidupan kita? Tak banyak yang peduli dengan “antimun bungkuak”. Semua hal yang dikerjakannya tidak ada pengaruhnya, hal yang diusahakannya hanya menjadi tontonan, dan hal yang ia perjuangkan sia-sia belaka. Begitukah cara mengahargai seorang pemimpin?  Cobalah untuk introspeksi diri masing-masing, karena setiap individu begitu berarti. Setiap manusia adalah pemimpin dan pasti ada pengaruhnya.
Menjadi orang terdepan, bukan hanya vocal apalagi hanya omdo. Seringkali orang yang vocal memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Berbeda dengan orang-orang belakang layar yang seringkali tak dianggap. Menjadi orang terdepan jika tak bermanfaat apa gunanya? Orang yang bermanfaat adalah sebaik-baiknya manusia. Paling tidak bersikap baik dan memberi perhatian lebih kepada orang-orang korban bully yang mengalami krisis kepercayaan diri.

0 komentar:

Posting Komentar