Selasa, 08 Maret 2016

Dunia Semu*


Gila! Dunia ini membuatku gila. Gila sungguh gila, membuat orang seakan tak percaya. Segala kegilaan yang kurasa tak sama seperti yang kau rasa. Kau beruntung teman, lahir dan tumbuh di lingkungan orang terdidik. Sedang aku, apa kau tau? Aku tak seberuntung kau.

Aku harus memotivasi diri sendiri, seorang diri memerangi bejatnya dunia semu. Memikirkan sendiri manfaat dari segala tindakanku dan belum bertemu tempat mengadu, selain Tuhan.  Aku paham betul, aku tak seperti kau. Aku harus berusaha keras agar bisa menyaingi kau, tapi bukan itu yang ku cari, aku tak ingin bersaing. Yang ku tau aku tak sepandai kau, aku tak sekuat yang kau kira. Aku tak setangguh yang kau lihat. Aku rapuh, aku butuh kau teman.

Berdiri, terjatuh dan terinjak, itulah hidupku. Baru mau bangkit, lagi-lagi jatuh. Dan sekarang, semunya dunia membuatku semakin terpuruk. Aku tak mapan seperti kau, tak punya aset seperti yang setiap saat bisa kau ambil. Aku tak punya seperti apa yang kau punya. Tapi aku beruntung, bisa mengenalmu di dunia semu.

Kau tumbuh di tempat yang subur, aku tumbuh di padang gersang. Kau tumbuh di tempat orang penyayang, aku tumbuh di lingkungan kaum cuek bebek. Aku dan kau memang tak pernah sama, meski aku berusaha menyamaimu tetap saja kau lebih unggul. Aku tak punya niat untuk iri kepadamu, aku malah bersyukur. Tuhan telah mengenalkanku pada dunia yang semu.

Tuhan memberitahuku lewat firman-Nya, aku adalah pemimpin diriku sendiri. Tak boleh berlama-lama dalam kesedihan, lalu ku jalani saja hidupku. Tak ku sangka kau juga menjalaninya, kita berjalan di dunia semu. Lalu aku mulai belajar dari firman-Nya lagi, aku tahu dunia semu tak akan kekal abadi. Kita lahir dan tumbuh adalah kehendak-Nya.

Dia menginginkanku, untuk bersyukur dalam kondisi bagaimanapun. Selalu mengingat-Nya dikala prahara datang melanda.  Hidupku penuh prahara teman, bagaimana denganmu? Tuhan menitipkanku di tanah gersang. Agar aku berusaha, agar aku tegar dan kokoh sekalipun diterpa badai. Aku tak boleh lemah, aku harus kuat. Tak sama mungkin seperti kau, banyak yang menaungi dan banyak yang mendukung.

Kehidupanku sungguh berbeda, teman. Selalu saja ada masalah yang sepele menjadi bertele-tele. Biar kulihatkan padamu esok hari, berapa liter air mataku tumpah demi menahan rasa sakit, berapa liter keringat yang ku peras demi tercapainya tujuanku. Berhenti membayangkan bahwa aku adalah seorang pekerja keras. Aku menahan sesak, aku mencoba bertahan di dunia semu.

Akupun akhirnya tahu bagaimana rasa setiap ujian yang kulalui. Aku harus sabar, sabar dan terus bersabar agar level ketaqwaanku meningkat. Agar aku merasakan bagaimana perasaan orang-orang tertindas. Ingin ku bertanya, apa aku sanggup? Apa pula rahasia indah dibalik semua ini? Banyak yang tak paham perasaanku, tapi Tuhan Maha Mengetahui.

Tuhan selalu menghibur hatiku bahwa Dia menyertai orang yang bersabar. Aku coba teman, aku terus mencoba, tapi air mataku kembali tumpah. Oh, Tuhan ampuni hambaMu. Aku terlalu rapuh, Aku terlalu ringkih, namun aku mencoba sadar bahwa semua ini hanya semu. Aku dan kau adalah semu, dunia ini begitu semu untuk diratapi. Aku yakin, Tuhan memberikan apa yang dibutuhkan hamba-Nya bukan yang diinginkannya. Tuhan menguji kesabaranku dalam perbedaan latar belakang kita, agar nanti jika aku sukses aku tak menyia-nyiakan nasib orang sepertiku.

Tuhan ingin aku tegar, ingin agar aku kokoh meskipun dilanda hujan badai. Tuhan memberiku sakit, agar tingkat kesyukuranku ketika sehat tidak menurun. Tuhan memberiku teman yang tak mengerti perasaan, agar aku selalu menjaga perasaan dan menghargai segala rasa. Tuhan mengizinkanku mengambil kesempatan, agar aku bersyukur mendapat kesempatan yang belum tentu dimiliki orang lain.

*(Bogor, November 17th 2013)

0 komentar:

Posting Komentar