Gila! Dunia ini membuatku gila. Gila sungguh
gila, membuat orang seakan tak percaya. Segala kegilaan yang kurasa tak sama
seperti yang kau rasa. Kau beruntung teman, lahir dan tumbuh di lingkungan
orang terdidik. Sedang aku, apa kau tau? Aku tak seberuntung kau.
Aku harus memotivasi diri sendiri, seorang
diri memerangi bejatnya dunia semu. Memikirkan sendiri manfaat dari segala
tindakanku dan belum bertemu tempat mengadu, selain Tuhan. Aku paham betul, aku tak seperti kau. Aku
harus berusaha keras agar bisa menyaingi kau, tapi bukan itu yang ku cari, aku
tak ingin bersaing. Yang ku tau aku tak sepandai kau, aku tak sekuat yang kau
kira. Aku tak setangguh yang kau lihat. Aku rapuh, aku butuh kau teman.
Berdiri, terjatuh dan terinjak, itulah hidupku.
Baru mau bangkit, lagi-lagi jatuh. Dan sekarang, semunya dunia membuatku
semakin terpuruk. Aku tak mapan seperti kau, tak punya aset seperti yang setiap
saat bisa kau ambil. Aku tak punya seperti apa yang kau punya. Tapi aku
beruntung, bisa mengenalmu di dunia semu.
Kau tumbuh di tempat yang subur, aku tumbuh di
padang gersang. Kau tumbuh di tempat orang penyayang, aku tumbuh di lingkungan
kaum cuek bebek. Aku dan kau memang tak pernah sama, meski aku berusaha
menyamaimu tetap saja kau lebih unggul. Aku tak punya niat untuk iri kepadamu,
aku malah bersyukur. Tuhan telah mengenalkanku pada dunia yang semu.
Tuhan memberitahuku lewat firman-Nya, aku
adalah pemimpin diriku sendiri. Tak boleh berlama-lama dalam kesedihan, lalu ku
jalani saja hidupku. Tak ku sangka kau juga menjalaninya, kita berjalan di
dunia semu. Lalu aku mulai belajar dari firman-Nya lagi, aku tahu dunia semu
tak akan kekal abadi. Kita lahir dan tumbuh adalah kehendak-Nya.
Dia menginginkanku, untuk bersyukur dalam
kondisi bagaimanapun. Selalu mengingat-Nya dikala prahara datang melanda. Hidupku penuh prahara teman, bagaimana
denganmu? Tuhan menitipkanku di tanah gersang. Agar aku berusaha, agar aku
tegar dan kokoh sekalipun diterpa badai. Aku tak boleh lemah, aku harus kuat. Tak
sama mungkin seperti kau, banyak yang menaungi dan banyak yang mendukung.
Kehidupanku sungguh berbeda, teman. Selalu saja
ada masalah yang sepele menjadi bertele-tele. Biar kulihatkan padamu esok hari,
berapa liter air mataku tumpah demi menahan rasa sakit, berapa liter keringat
yang ku peras demi tercapainya tujuanku. Berhenti membayangkan bahwa aku adalah
seorang pekerja keras. Aku menahan sesak, aku mencoba bertahan di dunia semu.
Akupun akhirnya tahu bagaimana rasa setiap ujian
yang kulalui. Aku harus sabar, sabar dan terus bersabar agar level ketaqwaanku
meningkat. Agar aku merasakan bagaimana perasaan orang-orang tertindas. Ingin
ku bertanya, apa aku sanggup? Apa pula rahasia indah dibalik semua ini? Banyak
yang tak paham perasaanku, tapi Tuhan Maha Mengetahui.
Tuhan selalu menghibur hatiku bahwa Dia
menyertai orang yang bersabar. Aku coba teman, aku terus mencoba, tapi air
mataku kembali tumpah. Oh, Tuhan ampuni hambaMu. Aku terlalu rapuh, Aku terlalu
ringkih, namun aku mencoba sadar bahwa semua ini hanya semu. Aku dan kau adalah
semu, dunia ini begitu semu untuk diratapi. Aku yakin, Tuhan memberikan apa
yang dibutuhkan hamba-Nya bukan yang diinginkannya. Tuhan menguji kesabaranku
dalam perbedaan latar belakang kita, agar nanti jika aku sukses aku tak
menyia-nyiakan nasib orang sepertiku.
Tuhan ingin aku tegar, ingin agar aku kokoh
meskipun dilanda hujan badai. Tuhan memberiku sakit, agar tingkat kesyukuranku
ketika sehat tidak menurun. Tuhan memberiku teman yang tak mengerti perasaan,
agar aku selalu menjaga perasaan dan menghargai segala rasa. Tuhan
mengizinkanku mengambil kesempatan, agar aku bersyukur mendapat kesempatan yang
belum tentu dimiliki orang lain.
*(Bogor, November 17th 2013)
0 komentar:
Posting Komentar