Emansipasi Merajalela, Perempuan
Leluasa
oleh : amelia pu3
Peran
perempuan dalam memajukan bangsa ini tak bisa dipandang sebelah mata lagi,
pembuktian ini dicetuskan karena bangsa ini sempat dipimpin oleh seorang
wanita. Dalam dunia politik sendiri banyak kaum hawa yang berkecimpung disana.
Begitupun di setiap bidang profesi lain, banyak melahirkan perempuan-perempuan
berbakat seperti dalam bidang jurnalistik, dakwah maupun entertain.
Jauh sebelum pergerakan
manusia-manusia modern sekarang, seorang tokoh perempuan bangsa ini telah
berfikir untuk mengubah kehidupan dan nasib perempuan di tanah air. Adalah
seorang perempuan revolusioner Raden Ajeng Kartini dengan tulisannya yang
menjadi slogan sebagai gambaran kehidupan perempuan masa itu dengan masa
setelahnya yakni “habis gelap terbitlah terang”.
Perempuan pada periode beliau begitu
terkekang, jangankan untuk berkarir untuk mengecap indahnya dunia pendidikan
saja sampai setengah mati berjuang karena kondisi tak kondusif bagi dunia
perempuan. Beliau yang berkesempatan menuntut ilmu lebih dari perempuan lain
diwaktu itu merasa harus menaikkan derajat kaum hawa. Merasa miris melihat
nasib-nasib perempuan sebayanya yang dirasa pantas untuk mendapatkan pendidikan
lebih menjadi terkekang karena terhalang izin orang tua dan kondisi yang tak
memungkinkan.
Tindakan
yang dilakukan oleh R.A Kartini tersebut jauh sebelum dunia dan atmosfir Islam
berkembang di bumi pertiwi. Ayat-ayat mengenai hak dan kewajiban perempuan
memang telah terpapar jelas dalam Al-quran, hal ini diperkuat dengan
terdapatnya surat An-nisaa yang berarti perempuan. Pada zaman nabi terdahulu
kehidupan kaum perempuan tak lepas sebagai budak dan pelampiasan nafsu kaum
adam. Sungguh terlalu (aksen Bang
Haji Roma). Setelah itu turunlah ayat tentang penghargaan terhadap kaum
perempuan bahkan surga pun terdapat di bawah telapak kaki ibu.
Sekaranga apa? Apa yang kita berikan terhadap
pahlawan yang telah bercucuran keringat bertaruh nyawa demi bebasnya kaum
perempuan bertindak? Menjadi perempuan manja, padahal kita diajar untuk
mandiri. Menjadi perempuan yang sering gonta-ganti pacar padahal yang akan
menjadi ayah dari anak-anak yang kita lahirkan cuma seorang. Menjadi perempuan
berperawakan seperti pria, padahal dalam Al-quran ditegaskan bahwa itu
dilarang. Menjadi perempuan sok berkuasa padahal dulu sejatinya tanpa ada yang
memperjuangkan, kita bukanlah siapa-siapa. Menjadi perempuan jahiliah yang
mengumabar aurat kesana kemari, naudzubillahiminzalik.
Keleluasaan
perempuan dalam bertindak sepertinya melenceng jauh dari yang diharapkan. Dulu,
pahlawan revolusioner wanita R.A Kartini berharap tak lebih agar kehidupan
perempuan sejahtera dengan mendapat kesempatan menuntut ilmu setingi-tingginya.
Dalam Al-Quran dan sunnah juga telah dijelaskan apa saja yang menjadi hak dan
kewajiban kita sebagai makhluk yang diciptakan dari tulang rusuk adam. Terlalu
menuntut hak sehingga kewajiban terabaikan, begitu menurut persepsiku mengenai
geliat kaum hawa di zaman ini.
Emansipasi
boleh-boleh saja selama masih dalam koridor kewajaran hak dan kewajiban sebagai
perempuan. Sebagai generasi yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa sudah
sepatutnya kita berpikir sebelum bertindak. Selain just do it, think before action juga diperlukan demi terwujudnya
mimpi kita sebagai perempuan yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan bangsa
menjadi lebih maju.
0 komentar:
Posting Komentar